KATA PENGANTAR
Kami
mengucapkan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia mengenai
hasil study tour kami yang berjudul “objek wisata Candi Borobudur”.
Dalam
kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terima kepada:
1. Drs. Agus Yudhono, S.pd,M.Pd. selaku Bapak Kepala Sekolah;
2. Para Guru dan staf – staf tata laksana;
3. Ibu Ela selaku Wali kelas 8B;
Ibu Cucu heryani selaku Wali kelas 8E;
Ibu Ineu Anggraeni Wali
kelas 8H;
4. Ibu Guru bahasa Indonesia;
Bapak Jahidin Guru
bahasa Indonesia;
5. Orang tua kami yang telah memberikan dukungannya, sehingga kami
dapat mengikuti kegiatan study tour ke jogjakarta, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh
dari kata sempurna, oleh karenaitu kritik dan saran yang sifatnya membangun
akan kami terima dengan senang hati.
Ciamis,
16 Februari 2015
Penulis
Daftar isi
KATA
PENGANTAR....................................................................................................................................
2
DAFTAR ISI
..................................................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................4
1.1
Latar belakang...............................................................................................................................5
1.2
Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II
ISI
2.1 pengertian Candi Borobudur .........................................................................................................6
2.2 maksud dan tujuan dibangunnya Candi
Borobudur............................................................6
2.3 Sejarah
Candi Borobudur.................................................................................................................7
2.4 Letak Candi Borobudur...................................................................................................................19
2.5 Fasilitas Candi Borobudur..............................................................................................................19
2.6 Faktor – faktor yang
mempengaruhi kerusakkan pada Candi Borobudur.................22
2.7 Cara Merawat Dan
Melestarikan Candi Borobudur............................................................23
2.8 Pengelola Candi Borobudur.........................................................................................................24
2.9 Penyesuaian Tiket.............................................................................................................................25
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................27
3.2 Saran...............................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................28
LAMPIRAN...................................................................................................................................................29
BAB I
Pendahuluan
Candi Borobudur merupakan salah satu aset budaya Indonesia. Candi
Borobudur juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. pertama
diperkenalkan kepada anak-anak, dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di Sekolah Dasar (SD) sebagai bangunan peninggalan kerajaan Buddha di
Indonesia. Pengetahuan yang diberikan sebatas pada tahun pembangunan, raja yang
memimpin dan membangun, serta nama tingkatan pada candi. Candi Borobudur, sampai saat ini menjadi pusat
perhatian masyarakat dunia, baik dari segi kepariwisataan, arkeologi dan
pengetahuan. Selain Candi Borobudur, disini juga terdapat dua Candi lainnya,
yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon sebagai Tri Tunggal Candi.
Candi Borobudur dipercaya sebagai perwujudan dari kitab suci yang
berisi cerita-cerita tentang dewa, kehidupan manusia, hewan, dan perwujudan ‘Boddhisatva’
yang diarahkan sebagai monumen atas intisari kehidupan dari dasar hingga puncak
bangunan. Kemegahan Candi Borobudur menjadikannya salah satu tujuan wisata para
turis lokal maupun internasional sehingga menjadi aset kebanggaan Indonesia.
Bersama dengan situs manusia purba Sangiran dan Candi Prambanan, Candi
Borobudur menjadi situs warisan dunia UNESCO dari Indonesia yang dikategorikan
dalam World Heritage of Culture yang harus dilestarikan
Bagi para peziarah yang ingin mencapai tingkat Bodhisatwa, terlebih
dahulu datang ke Mendut untuk menyampaikan penghormatan kepada Budha. Kemudian ke Candi Pawon yang jaraknya kurang
lebih 2km sebagai peristirahatan untuk mensucikan diri sebelum menginjak
Borobudur, untuk menyatakan sembahyang dan doa untuk mencapai tingkat kebudhaan
dan pembebasan mutlak dan abadi.
Tiga serangkai Candi Mendut, Pawon dan Borobudur tersebut terbujur
pada satu garis lurus, merupakan kesatuan perlambang.
1.1
Latar Belakang
Bangsa
Indonesia dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, dan
mempunyai daya tarik yang sangat mengagumkan. Hal ini perlu disyukuri oleh
seluruh bangsa Indonesia. Kita sebagai pelajar, diharapkan dapat memelihara dan
melestarikannya. Untuk itu, kita perlu belajar dengan baik, supaya dapat
menjadikan bangsa Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain.
Belajar
tidak hanya dilakukan didalam ruangan atau di dalam kelas. Belajar dapat
dilakukan di berbagai tempat. Bisa di sekolah, di rumah, dan di lingkungan
masyarakat. Kegiatan belajar, akan lebih bermakna apabila siswa/siswi terlibat
secara langsung dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan
kebermaknaan hasil belajar siswa, maka dapat dilaksanakan dengan cara study
tour. Sekolah kami, memilih study tour untuk tahun ajaran 2014/2015 ke
Yogyakarta.
1.2
Tujuan
Tujuan study tour yang kami
laksanakan, adalah sebagai berikut :
1.
Untuk menambah
wawasan para siawa/siswi SMPN 2 CIAMIS bahwa di Negara Indonesia, tepatnya di
Yogyakarta memiliki kekayaan budaya yang sagat berharga. Diantaranya:
Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.
2.
Untuk menunjang
pembelajaran di sekolah, terutama mengenai Sejarah.
3.
Untuk melatih siswa/siswi
melakukan penelitian secara langsung mengenai objek - objek yang tersebut.
4.
Untuk menambah pengalaman kepada siswa/siswi dalam
mengenal Daerah Istimewa Yogyakarta.
5.
Untuk mempererat tali persaudaraan antar siswa/siswi
SMPN 2 Ciamis.
6.
Melatih siswa/siswi untuk menyesuaikan diri untuk
disiplin waktu.
7.
Supaya siswa/siswi dapat berlatih membuat laporan
berupa makalah sederhana sebagai hasi dari kegiatan Study Tour
BAB II
ISI
2.1
Pengertian Candi
Borobudur
Candi Borobudur adalah candi budha terbesar didunia. Candi ini
merupakan salah satu keajaiban dunia yang merupakan salah satu icon kebanggan
Indonesia. Bangunan candi memiliki wujud triangga yaitu kepala, badan
dan kaki. Masing-masing bagian ini memiliki arti secara simbolis yaitu :
1.
Kepala melambangkan alam
atas, yang merupakan alam para dewa;
2.
Badanmelambangkan alam
antara yang mempunyai makna sebagai tempat manusiayang telah meninggalkan
tempat suci; dan
3.
Kaki yang melambangkan alam
bawah yaitu tempat manusia biasa.
Beberapa peninggalan bersejarah tersebut adalah Candi Prambanan dari
kerajaan Hindu dan Candi Borobudur dari kerajaan Buddha. Kegunaan candi adalah
sebagai tempat pemujaan dewa oleh agama Hindu atau Buddha dan tempat
disemayamkannya raja atau pemuka agama.
2.2
Maksud dan Tujuan Dibangunnya Candi
Borobudur
Menurut catatan sejarah, candi
dibangun untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya para raja dan
keluarganya. Abu jenazah aja atau keluarganya itu ditaruh didalam candi, lalu
pada candi ditaruh arca yang menggambarkan almarhum sebagai Dewa. Biasanya
didepan arca itu orang, menaruh sesaji untuk memuliakan almarhum. Namun kadang
– kadang pembuatan candi itu untuk tempat pemujaan dewa atau tempat beribadah
candi yang digunakan tempat ibadah biasanya candi yang bercorak agama Budha.
Candi yang dibuat dari batu – batu yang dipahat. Batu – batu yang telah dipahat
itu disusun rapi, sehingga terbentuklah candi. Pada dinding candi terdapat
pahatan yang disebut relief pada candi yang memiliki makna. Makna pada bangunan
dan relief itu menunjukkan betapa tinggi peradapan nenek moyang kita. Candi
Borobudur adalah canti agama Budha, candi didirikan pada tahun 824 M. pada masa
pemerintahan raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan
dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di
daerah Jawa Tengah pada khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan
abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di
tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung
kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran –
dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu. Dengan
demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa
Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung
tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi
Borobudur. Akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di
ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan
singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur (
Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati
di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat
di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan kurang lebih sekitar tahun
800 M.
2.3
Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800
sebelum masehi atau abad ke 9 . Borobudur dibangun oleh pengikut Buddha
Mahayana pada masa pemerintahan Dinasti Dinasti. Candi ini dibangun pada masa
kejayaan dinasti dinasti. Pendiri Candi Borobudur, Raja Samaratungga dari atau
dinasti dinasti dinasti. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar 824 AD dan
selesai sekitar 900 Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani putri
Samaratungga. Sementara arsitek yang membantu membangun candi ini untuk cerita
turun-temurun bernama Gunadharma.
Beberapa
Penafsiran Nama Borobudur
Dari
beberapa literarur yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat yang berbeda
dari para ahli, antara lain:
a) Kitab negara kertagema
Naskah dari
tahun 1365 M yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, menyebutkan
kata “Budur” untuk sebuah bangunan
Agama Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “Budur”
tersebut tidak lain adalah Candi
Borobudur. Karena tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat diambilsuatu
kesimpulan.
b) Sir Thomas Stamford Raffles
Penafsiran
tentang Borobudur juga telah dilakukan oleh Raffles berdasarkan keterangan dari
masyarakat luas yang menafsirkan bahwa:
Ø Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang dalam bahasa Jawa
berarti Kuno.Tetapi bila dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman Kuno”
jelas tidak mengandung suatu pengertian yang dapat dikaitkan dengan Candi
Borobudur.Budha.Dengan demikian Borobudur berarti Sang Budha yang Agung.
Ø Namun kerana “Bhara” dalam bahasa Jawa Kuno dapat diartikan
banyak,maka Borobudur dapat juga berarti “Budha yang Banyak”.
Ø Jika dikaji secara teliti,maka keterangan yang dikemukakan oleh
Raffles memang tidak ada yang memuaskan.”Boro jaman Kuno” kurang mengena. ”Sang
Budha yang Agung” maupun “Budha yang banyak”.Kurang mencapai sasaran.Perubahan
kata “Budha menjadi Budur” misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan
dari segi ilmu bahasa,karena sukar dapat diterima.(Soekmono, 1981)
c) Poerbatjaraka
Menurut
Beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berati “Biara
Budur”.Penafsiran ini memang sangat menarik karena mendekati kebenaran
berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Penyelidikan dan penggalian
yang dilakukan tahun 1952 di halaman sebelah barat laut bangunan Candi
Borobudur telah berhasil menemukan fondasi batu-batu dan genta perunggu
berukuran besar.Penemuan fondasi batu-batu dan genta ini memperkuat dugaan
yaitu merupakan sisa-sisa dari sebuah biara.
Selanjutnya
jika dihubungkan dengan Kitab Negara Kertagama mengenai “Budur” maka besar
kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.Namun demikian
masih merupakan suatu pertanyaan mengapa Biara dalam hal ini penamaan
menggantikan Candinya,padahal Candi jauh lebih penting dari biaranya.
d) De Casparis
De Casparis
menemukan kata majemuk dalam sebuah prasasti yang kemungkinan merupakan asal
kata Borobudur.Dalam prasasti SRI
KAHULUNAN YANG BERANGKA 842 Masehi dijumpai kata “Bhumi Sambhara Budhara”
yaitu suatu sebutan untuk bangunan suci pemujaan nenek moyang atau disebut
kuil.
Penelitian
yang mendalam tentang keagamaan yang terungkap dalam prasasti dan rekonstruksi
yang teliti terhadap geografi daerah yang terjadinya peristiwa sejarah
bertalian dengan prasasti tersebut,maka De Casparis itu menyimpulkan bahwa
Bhumi Sambhara Budhara tidak lain adalah Borobudur.(Soekmono,1981)
e) Drs. Soediman
Didalam
bukunya “Borobudur salah satu keajaiban Dunia”, menyebutkan bahwa arti nama
Borobudur sampai sekarang masih belum jelas.Dijelaskan pula bahwa Borobudur
berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa
sansekerta “Vihara”yang berarti kompleks Candi dan “Bihara”yang berati
asrama.”Budur” dalam bahasa Bali Beduhur
yang artinya diatas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau Vihara dan
kelompok Candi yang terletak diatas tanah yang tinggi atau bukit.
Penemuan
Kembali
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia
menjulang tinggidi antara dataran rendah yang ada di daerah sekelilingnya.
Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang
merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila
di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan.
Memang demikian keadaannya Candi
Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai
berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses
kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai
pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja
menghiasi atau membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah
pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an
dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan
jawa bergeser ke Timur. Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama –
lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan
menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi
Borobudur terbengkalai dan terlupakan. Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir
Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles
adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah
Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M. Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan
dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama
Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia
mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi
di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di
singkirkan semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
A.
Penyelamatan I
Semenjak Candi Borobudur di temukan
dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula
– mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar
dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di
adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksudnya
adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari
bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding
terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang
masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun
bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi
Borobudur dapat dsi selamatkan dari kerusakan yang lebih besar. Mengenai gapura
– gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah
mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun –
tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak
langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat
merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya
dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu,
Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak
tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan
ada kerusakan yang lebih parah.
B.
Pemugaran Candi
Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur di mulai
tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur
terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak
kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM
bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek
dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ). Teknologi
Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur
sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu
yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi
semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang
bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan
bangunan di tangani oleh kontraktor (PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND
DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE). Bagian – bagian Candi Borobudur yang
di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk
bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa
induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah
pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20
Ton. Prasasti peresmian selesainya
pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan
dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan
dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil
dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Bangunan Candi
Borobudur
a. Uraian Banguan Candi Borobudur
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu
Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang
berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur
Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk
melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M.
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M. Pada sudut yang membelok 113 M. Dan
tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M. Pada kaki yang asli di di tutup oleh
batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya. Candi Borobudur merupakan tiruan dari
kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar di
antaranya:
1. Kamadhatu: Sama
dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat
bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini
terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan
Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama
dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan
segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini
terdapat pada lorong satu sampai lorong empat.
3. Arupadhatu: Sama
dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini
terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang
terdapat pada relung – relung : 432 Buah Sedangkan pada teras – teras I, II,
III berjumlah : 72 Buah. Jumlah : 504 Buah
Agar
lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
i.
Langkah I Teradapat
: 104 Patung Budha
ii.
Langkah II Terdapat
: 104 Patung Budha
iii.
Langkah III Terdapat
: 88 Patung Budha
iv.
Langkah IV Terdapat
: 22 Patung Budha
v.
Langkah V Terdapat :
64 Patung Budha
vi.
Teras Bundar I
Terdapat : 32 Patung Budha
vii.
Teras Bundar II
Terdapat : 24 Patung Budha
viii.
Teras Bundar III
Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha itu tampak serupa
semuanya namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang sangat jelas
dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannyayang di
sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung sikap tangan patung
Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena macam oleh karena macam
mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada
bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya
menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5 kelima mudra
it adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra,
Dharma Cakra – Mudra.
c. Patung Singa
Pada
Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung
singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang
jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar
berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah
sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
d. Stupa
·
Stupa Induk
Berukuran
lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling
atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis
tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti
Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga terletak di garis Harmika.
·
Stupa Berlubang /
Terawang
Yang
dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I,
II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha. Di Candi Borobudur jumlah
stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat
Arupadhatu:
Teras I terdapat 32
Stupa
Teras
II terdapat 24 Stupa
Teras
III terdapat 16 Stupa
Jumlah
72 Stupa
·
Stupa kecil
Stupa kecil
berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang
menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah
menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung –
relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa
Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
e. Relief
Bagan Relief
|
|||
Tingkat
|
Posisi/letak
|
Cerita Relief
|
Jumlah Pigura
|
Kaki candi asli
|
-----
|
Karmawibhangga
|
160
|
Tingkat I
|
dinding
|
a. Lalitawistara
|
120
|
b. jataka/awadana
|
120
|
||
langkan
|
a. jataka/awadana
|
372
|
|
b. jataka/awadana
|
128
|
||
Tingkat II
|
dinding
|
Gandawyuha
|
128
|
langkan
|
jataka/awadana
|
100
|
|
Tingkat III
|
dinding
|
Gandawyuha
|
88
|
langkan
|
Gandawyuha
|
88
|
|
Tingkat IV
|
dinding
|
Gandawyuha
|
84
|
langkan
|
Gandawyuha
|
72
|
|
Jumlah
|
1460
|
Ø Relief Karmawibhangga bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah
sebagaimana bangunan aslinya karena alasan teknis maupun yang lainya maka candi
di buatkan batu tambahan sebagai penutup. Sesuai dengan makna simbolis pada
kaki candi, relief yang menghiasi dinding batu yang terselubung tersebut
menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga adalah naskah yang menggambarkan
ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Deretan
relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik
manusia dan pahala. Secara keseluruhan
merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk
menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan dapat dilihat
oleh pengujung.
Relief Karmawibhanga yang terdapat pada bagian Kamadhatu
berjumlah 160 buah pigura yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu
dan kenikmatan serta akibat perbuatan dosa dan juga hukuman yang di terima
tetapi ada juga perbuatan baik serta pahalanya. Yang di perlihatkan pada relief
– relief itu antara lain:
·
Gambaran mengenai
mulut – mulut yang usil orang yang suka mabuk – mabukan perbuatan – perbuatan
lain yang mengakibatkan suatu dosa.
·
Perbuatan terpuji,
gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci bermurah hati
kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat ketentraman
hidup dan dapat pahala
Ø
Lalitawistara merupakan
penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari
surga Tushita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota
Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah
melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia,
sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa
selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di
arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri
Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang
berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti
"hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
Ø Jataka dan Awadana
Jataka adalah berbagai
cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela
berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain
manapun juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang
melibatkan tokoh satwa yang bersikap dan berpikir seperti manusia.
Sesungguhnya, pengumpulan jasa atau perbuatan baik merupakan tahapan persiapan
dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir
sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan
orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia
kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief
candi Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya
terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal
dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya
penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Ø Gandawyuha merupakan deretan
relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah
dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh
Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha
Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan
cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
Arca Buddha
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di
dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi
teratai serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini dipahat dari bahan batu andesit.
Patung buddha dalam relung-relung di
tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar
langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan
pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88
relung, baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total
terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.Pada bagian Arupadhatu (tiga
pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang
(berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran
kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72
stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 telah
rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen ini,
kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar
negeri).
Secara sepintas semua arca buddha ini
terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu
pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima
golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, dan Tengah,
kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat
pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan
Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut
menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan
kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas menampilkan mudra:
Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani
Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.
1.
Bhumisparca Mudra
Letak: Arca ini menghadap timur dan
menjadi tanda khusus bagi Dhyani Buddha Aksobhya sebagai penguasa
Timur.
Makna: Sikap tangan sedang menghadap
kebawah, tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan
menempel pada lutut kanan dengan jari-jari menunjuk kebawah. Melambangkan saat
sang Buddha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika dia menangkis serangan
iblis Mara.
2. Wara Mudra
Letak: Mudra
ini dapat dikenali Dhyani Buddha Ratna Sambawa
yang bertahta di Selatan. Arca ini menghadap selatan.
Makna: Telapak tangan yang kanan
menghadap keatas sedangkan jari-jarinya terletak di lutut kanan. Mudra ini
melambangkan pemberian amal.
3. Dyhana
Mudra
Letak: Arca
ini menghadap ke Barat dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Buddha
Amitabha yang menjadi penguasa daerah Barat.
Makna: Mudra ini menggambarkan
sikap semedi, kedua tangan diletakkan di pangkuan, yang kanan diatas yang kiri
dengan telapaknya menengadah dan kedua jempolnya saling bertemu.
4.
Abhaya Mudra
Letak : Arca ini menghadap ke Utara Langkan dan merupakan tanda khusus
bagi Dhyani Buddha Amogasidha yang berkuasa di Utara.
Makna: Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, tangan
kanan diangkat sedikit diatas lutut kanan dengan telapak menghadap muka. Mudra
ini menggambarkan sikap tangan sedang menenangkan dan menyatakan ketidak gentaran.
5. Witarka
Mudra
Letak: Mudra
ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana.Arca
ini terdapat di tengah, pada tingkat Rupadhatu di pagar langkan baris
kelima (teratas).
Makna: Tangan kiri terbuka dan menengadah
di pangkuan, sedangkan tangan kanan diangkat sedikit diatas lutut kanan dengan
telapak menghadap muka, jaritelunjuk dan ibu jari bersatu. Mudra ini menggambarkan
akal budi.
6. Dharmacakra
Mudra
Letak: Mudra
ini menjadi ciri khas bagi Dhyani Buddha Waroicana yang
daerah kekuasaannya terletak di pusat.
Makna: Kedua tangan diangkat sampai ke
depan dada, yang kiri dibawah yang kanan. Tangan kiri menghadap ke atas dengan
jari manisnya, serupa dengan gerakan memutar roda. Mudra ini
melambangkan gerak memutar roda dharma.
2.4
Letak Candi Borobudur
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit pada ketinggian ± 15m di
atas dataran di sekitarnya.
Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah,
Negara Indonesia, ± 41 km dari
Yogyakarta. ±80km dari Kota Semarang, Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Candi
borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan Menoreh di sisi Selatan, Gunung
Merapi (2411m) dan Gunung Merbabu (3142m) di sisi Timur, serta Gunung Sumbing
(2271m) dan Gunung Sindoro (3135m) di sisi Barat Laut. Disebelah Timur Candi
Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan
Sungai Elo.
2.5
Fasilitas Candi
Borobudur
a) Fasilitas Area Taman
1.
Museum Karmawibangga
/ Borobudur
Museum
ini menampilkan beragam informasi mengenai Candi Borobudur dari sudut pandang
sejarah, arkeologi, arsitektur, lingkungan, dll. Beragam artifak yang ditemukan
di sekitar Candi Borobudur juga didisplay secara aktif di museum ini.
2.
Museum Kapal
Samudraraksa
Kapal Samudraraksa merupakan satu dari dua
museum yang ada di kawasan Candi Borobudur. Museum ini menjadi persinggahan
terakhir Kapal Samudraraksa atau Kapal Borobudur yang telah mengarungi Samudera
Hindia hingga ke wilayah Afrika. Museum yang diresmikan pada tanggal 31 Agustus
2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono ini terdiri dari tiga bangunan.
Bangunan pertama merupakan tempat informasi, display foto, poster, relief,
serta pemutaran film. Bangunan kedua yang berbentuk rumah joglo merupakan
tempat kapal Samudraraksa dipajang. Selain kapal, di bangunan kedua ini
disimpan barang-barang yang dipergunakan oleh para awak kapalnya sewaktu
berlayar mengarungi samudera, seperti: peralatan memasak, peralatan rumah
tangga sehari-hari, buku, kaset, cd, vcd, dan obat-obatan. Sedangkan bangunan
ketiga berfungsi sebagai kantor dan tempat penjualan suvenir.
3.
Kereta Mini
Berkeliling
Candi dapat juga dilakukan dengan mengendarai kereta taman. Dapat melihart
candi dari seluruh arah dan juga melihat taman serta museum yang tersedia di
taman wisata candi
4.
Visitor Center &
Audio Visual
Tempat
pengunjung memperoleh beragam informasi awal mengenai candi. Juga informasi
mengenai beragam fasilitas yang ada di dalam Taman Wisata Candi Borobudur.
Disini juga terdapat audio visual yang memutar film dokumenter mengenai candi
Borobudur
5.
Sepeda
Dengan
Menaiki sepeda, pengunjung semakin mudah eksplorasi kawasan Taman Wisata Candi
dengan lebih leluasa dan menyenangkan, sambil menghirup segarnya udara di
sekitar taman.
b) Fasilitas Lahan
1.
Lahan Lumbini
·
Lokasi
: Sebelah timur laut Candi Borobudur
·
Ukuran
: 70m x 65m :4.550m2 (posisi rata dan datar)
2.
Lahan Marga Utama
·
Lokasi : Sebelah
timur Candi Borobudur
·
Ukuran
: 40m x 50m : 2.000m2 (posisi rata dan datar)
3.
Lahan Bermain Anak –
Anak
o Lokasi : Sebelah barat Candi Borobudur
o Ukuran
: 38m x 112m : 4.256m2 (posisi rata dan mendatar)
4.
Lahan Bukit Dagi
·
Lokasi :Sebelah
utara Candi Borobudur
·
Ukuran
:Radius 160 m,luas 80.384m2
5.
Lahan Samudraraksa
·
Lokasi :Sebelah
barat galery Museun Borobudur/sebelah
utara
Galery Museum Samuderaraksa
·
Ukuran
:90m x 45m = 4.050m2
6.
LAHAN
KARMAWIBANGGA
·
Lokasi :Sebelah
utara Candi Borobudur/depan galery Museum Borobudur
·
Ukuran
:60m x 60m = 3.600m2
7.
LAHAN PADMA
·
Lokasi :Sebelah
Timur Laut Candi Borobudur/sebelah Utara Lahan Lumbini
·
Ukuran
: 50m x 40m = 2.000m2
Note:
Fasilitas Lahan termasuk Parkir, Toilet, Penerangan Lingkungan, Listrik Max
5.000 Watt, Keamanan Intern, Kebersihan
2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi kerusakkan
pada Candi Borobudur
Ada 2 faktor utama
yang mempengaruhi kerusakkan bagian – bagian Candi Borobudur, yaitu faktor dari
dalam dan faktor luar.
Faktor dari dalam adalah besarnya tekanan antarbatuan yang
menyusun Candi Borobudur. Karena Candi Borobudur disusun dari banyak sekali
batuan yang ditumpuk, maka sudah pasti batu yang di atas akan menekan batu yang
berada di bagian bawah. Sedikit demi sedikit, batuitu akan retak dan lama
kelamaan akan menjadi pecah.
Faktor dari luar yang mempengaruhi rusaknya bangunan Candi
Borobudur diantaranta adalah faktor iklim, faktor lumut dan ganggang, serta
faktor manusia.
v Padafaktor iklim, yang mempengaaruhi adalah suhu dan curah
hujan. Suhu yang panas ada siang hari meyebabkan batuan memuai, sedangkan suhu
yang dingin pada malam hari menyebabkan batuan menyusut. Perubahan suhu
yang terjadi terus, menyebabkan batuan
mengalami retak pad permukaan. Namun, paktor suhu hanyaberpengaruh pada bagian
luar candi yangterkena sinar matahari. Curah hujan juga berpengaruh terhdap
kerusakkan pada batuan. Curah hujan yang tinggi pada musim hujan, dapat
mengikis permukaan batuan sedikit demi sedikit. Kondisibatuan yang lembap
karena hujan, juga dapat memicu tumbuhnya lumut dan ganggang, serta jamur
kerak.
v Lumut, ganggang, serta jamur kerak akan tumbuh di permukaan
batuan yang lambap, sehingga dapat menimbulkan pelapukkan pada batuan, dan
mengurangi kekuatan batuan itu. Ketiga jenis tanaman ini biasanya hidup
ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, ataupun pada batuan yang
ada dibagian dalam Candi. Hal ini sangat menghawatirkan bagi Candi Borobudur.
v Faktor yang terakhir adalah Manusia. Karena sifat Manusia
itu berbeda - beda, maka perilaku seseorang terhadap benda bendapun berbeda –
beda. Banyak tangan – tangan jahila manusia yangmengunjungi Candi Borobudur,
mengambil sebagian kecil batuan penyusun candi borobudur, sekedar hanya sebagai
buah tangan. Padahal kerusakkan sedikitsaja pada batuan akan mempengaruhi
kualitas kekuatan batuan lainnya yang mengikat Candi Borobudur yang dibangun
dengan sistem dry masony “tanpa perekat”. Ada pula yang tidak sekedar mengambil
sebagian kecilbagian, tetapi banyak bagian terutama patung – patung Buda di
Candi Borobudur. Harga yang mahal mengingat hal itu merupakan peninggalan
sejarah, memicu para penjarah untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
2.7
Cara Merawat Dan Melestarikan
Candi Borobudur
Berikut cara-cara perawatan candi
Borobudur berdasarkan setiap faktor yang mempengaruhi kerusakan candi
Borobudur. Berdasarkan faktor tekanan setiap batuan dan faktor suhu, cara
perawatan yang dapat dilakukan hanya memperbaiki batuan yang retak dan
mengganti batuan yang pecah. Hanya cara ini yang dapat dilakukan karena
tentunya kita tidak dapat menjadikan setiap batuan yang ada di candi Borobudur
menjadi lebih ringan sehingga tekanan antarbatuan berkurang atau mengahalangi
sinar matahari yang menerpa candi Borobudur, bukan? Cara memperbaiki batuan
yang retak adalah dengan menambal batuan menggunakan campuran pasir dan semen.
Sedangkan untuk mengganti batuan yang pecah digunakan batu andesit yang telah
disesuaikan bentuk dan ukurannya dengan yang asli.
Untuk perawatan terhadap faktor lumut,
ganggang, dan jamur kerak, pihak pengelola telah mempunyai cara tersendiri
untuk membasmi lumut, ganggang, dan jamur kerak yang tumbuh pada batuan di
candi Borobudur. Selama ini metode pembersihan lumut yang dilakukan dalam
pembersihan batu di Candi Borobudur adalah pembersihan secara kimiawi dan
mekanis. Metode ini menggunakan cairan kimia Hivar XL. Metode pembersihan
kimiawi menggunakan bahan tersebut dengan konsentrasi 1%. Bahan kimia ini
digosok pada setiap permukaan batuan andesit yang ditumbuhi lumut, ganggang,
maupun jamur kerak. Lumut, ganggang, dan jamur kerak akan mati saat digosok
dengan Hivar XL.
Pembersihan secara mekanis yang dilakukan
berupa penggosokan dengan sikat baik secara kering maupun basah. Penggosokan
dengan sikat menyebabkan rontoknya lumut dan jamur kerak yang tumbuh pada
batuan. Namun pembersihan dengan cara ini dapat mengakibatkan kerontokan
permukaan batuan. Metode lain yang digunakan adalah pembersihan secara fisik
menggunakan steam cleaner. Dari hasil penelitian-penelitian yang
telah dilakukan menerangkan bahwa metode pembersihan yang dipakai mempunyai
kelemahan, khususnya pembersihan secara mekanis dan steam cleaner.
Kelemahan tersebut di antaranya adalah dapat menimbulkan efek kerontokan
pada permukaan batuan.
Berdasarkan hasil penelitian metode
pembersihan lumut dengan pemanasan lebih efektif dibandingkan dengan
pembersihan secara mekanis, tetapi metode pembersihan dengan pemanasan ini
kurang aman untuk digunakan pada benda cagar budaya karena adanya kontak
langsung antara permukaan benda dengan api. Dari pengamatan mikroskopis
terlihat adanya perubahan pada permukaan batu yang terjadi setelah dilakukan
proses pemanasan.
Yang terakhir adalah cara perawatan terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Cara pencegahan dari pengambilan dan
perusakan batu candi adalah dengan memberikan peringatan kepada setiap
pengunjung candi Borobudur agar tidak merusak candi. Jika setiap pengunjung
sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga warisan leluhur, tentunya
tidak akan terjadi masalah. Namun untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,
maka diadakan pemeriksaan barang-barang yang dibawa oleh setiap pengunjung,
baik pada pintu masuk maupun pintu keluar kompleks candi. Bila ada pengunjung
yang melanggar peringatan tersebut, tentunya akan dikenakan sangsi yang
setimpal.
Untuk melestarikan candi Borobudur, baik
bangunan itu sendiri maupun budaya dan nama besarnya tentunya diperlukan
bantuan dari berbagai pihak, termasuk diri kita sendiri. Dengan memperkenalkan
candi Borobudur di mata internasional kita turut melestarikan kebudayaan bangsa
Indonesia dan ikut mengharumkan nama candi Borobudur. Dengan terkenalnya Candi
Borobudur ke seluruh dunia, maka kebanggaan kita sebagai warga Negara Indonesia
pun ikut terangkat.
2.8 Pengelola
Candi
Borobudur
Pengelolaan Candi Borobudur Masih Parsial
MAGELANG - Pengelolaan
kawasan cagar budaya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang akan dilakukan
bersama-sama mulai dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten.
Selama ini pengelolaan dinilai masih parsial. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan mengatakan pengelolaan secara gotong royong mulai dari pusat hingga daerah itu ada aturannya. Tapi dalam pelaksanaannya belum berjalan sesuai harapan.
“Aturan memang harus begitu, tapi aturan ini kita bumikan dan lebih operasional dan diterima oleh semua pihak,” katanya seusai menghadiri peluncuran dan bedah buku dalam rangka memperingati 200 tahun penemuan Candi Borobudur di Borobudur kemarin. Buku tersebut merupakan trilogi dengan judul besar 100 Tahun Pascapemugaran Candi Borobudur.
Adapun masing-masing buku diberi judul, yakni Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur, Dekonstruksi dan Rekonstruksi Candi Borobudur, serta Candi Borobudur dalam Multiaspek. Buku-buku tersebut diterbitkan oleh Balai Konservasi Borobudur dalam rangkaian peringatan 200 tahun penemuan kembali Candi Borobudur.
Kacung menilai pengelolaan Candi Borobudur selama ini masih parsial. Salah satu buktinya pembagian zona pengelolaan, misalnya zona I dikelola oleh Kemendikbud; zona 2 oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWCBPRB); serta zona III oleh pemerintah daerah.
“Kita mau bentuk semacam badan pengelola untuk mengelola kawasan cagar budaya secara keseluruhan, yang itu akan melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten. Ada badan usaha di sini PT Taman dan masyarakat nanti kita libatkan,” ucapnya.
Kacung telah bertemu dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Magelang Zaenal Arifin terkait dengan rencana pengelolaan cagar budaya Candi Borobudur tersebut pada masa mendatang. Komunikasi pihaknya dengan PT TWCBPRB juga terus dijalin secara intensif selama ini untuk pengembangan pengelolaan Candi Borobudur pada masa mendatang.
“Supaya konservasi di Borobudur terjaga secara baik, tetapi pengembangan dan pemanfaatan lebih baik lagi karena kalau hanya misalnya parsial saja, itu bisa mengganggu konservasi, tapi ini juga untuk manfaat bagi masyarakat,” paparnya. Sebelumnya, Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Marsis Sutopo mendorong masyarakat bisa ikut bersamasama menjaga kelestarian atas Candi Borobudur.
“Bagaimana ke depan terus kita lestarikan sebaik-baiknya, bisa kita berikan kepada generasi bangsa ke depan, kepada anak cucu kita, dan bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat sekitar,” tandasnya.
Selama ini pengelolaan dinilai masih parsial. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan mengatakan pengelolaan secara gotong royong mulai dari pusat hingga daerah itu ada aturannya. Tapi dalam pelaksanaannya belum berjalan sesuai harapan.
“Aturan memang harus begitu, tapi aturan ini kita bumikan dan lebih operasional dan diterima oleh semua pihak,” katanya seusai menghadiri peluncuran dan bedah buku dalam rangka memperingati 200 tahun penemuan Candi Borobudur di Borobudur kemarin. Buku tersebut merupakan trilogi dengan judul besar 100 Tahun Pascapemugaran Candi Borobudur.
Adapun masing-masing buku diberi judul, yakni Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur, Dekonstruksi dan Rekonstruksi Candi Borobudur, serta Candi Borobudur dalam Multiaspek. Buku-buku tersebut diterbitkan oleh Balai Konservasi Borobudur dalam rangkaian peringatan 200 tahun penemuan kembali Candi Borobudur.
Kacung menilai pengelolaan Candi Borobudur selama ini masih parsial. Salah satu buktinya pembagian zona pengelolaan, misalnya zona I dikelola oleh Kemendikbud; zona 2 oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWCBPRB); serta zona III oleh pemerintah daerah.
“Kita mau bentuk semacam badan pengelola untuk mengelola kawasan cagar budaya secara keseluruhan, yang itu akan melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan kabupaten. Ada badan usaha di sini PT Taman dan masyarakat nanti kita libatkan,” ucapnya.
Kacung telah bertemu dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Bupati Magelang Zaenal Arifin terkait dengan rencana pengelolaan cagar budaya Candi Borobudur tersebut pada masa mendatang. Komunikasi pihaknya dengan PT TWCBPRB juga terus dijalin secara intensif selama ini untuk pengembangan pengelolaan Candi Borobudur pada masa mendatang.
“Supaya konservasi di Borobudur terjaga secara baik, tetapi pengembangan dan pemanfaatan lebih baik lagi karena kalau hanya misalnya parsial saja, itu bisa mengganggu konservasi, tapi ini juga untuk manfaat bagi masyarakat,” paparnya. Sebelumnya, Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Marsis Sutopo mendorong masyarakat bisa ikut bersamasama menjaga kelestarian atas Candi Borobudur.
“Bagaimana ke depan terus kita lestarikan sebaik-baiknya, bisa kita berikan kepada generasi bangsa ke depan, kepada anak cucu kita, dan bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat sekitar,” tandasnya.
2.9 Penyesuaian
Tiket
Tiket Masuk Borobudur Akan Disesuaikan
PT Taman Wisata Candi Borobudur akan
memperbarui harga tiket masuk ke kawasan wisata cagar budaya tersebut.
Penyesuaian harga tiket akan dilakukan secara bertahap mulai tahun ini.
"Tidak semua turis Indonesia miskin dan tidak semua turis asing yang datang kaya," kata Komisaris Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Darmono, saat Business Gathering bertema Revitalisasi Borobudur sebagai Tujuan Wisata Tingkat Dunia di Bellagio Boutique Mall Mega Kuningan, Jakarta, Selasa 11 Februari 2009.
Kesenjangan harga tiket masuk antara wisatawan domestik dan mancanegara, menurut Darmono, harus segera diperbarui sehingga ada keadilan. Sekarang setiap wisatawan domestik dikenakan tiket masuk Rp 10.000 per orang, sedangkan tiket wisatawan mancanegara ke Borobudur US$ 12 per orang.
Perubahan bertahap yang sudah dimulai tahun ini adalah membedakan tiket masuk untuk kalangan tertentu. Darmono menyontohkan tiket masuk yang berlaku untuk rombongan siswa, baik domestik maupun mancanegara, lebih murah. Sedangkan tiket kunjungan wisata bagi kalangan tertentu harga tiketnya lebih mahal.
"Tetapi kita beri benefit lain seperti tambahan sarung atau kebaya khas daerah sehingga bermanfaat memajukan ekonomi setempat," ujar Darmono.
Penyeragaman harga tiket berdasarkan tingkatan, selain lebih adil bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, menurut Darmono, berpotensi mendatangkan pendapatan yang lebih besar.
Pendapatan PT Taman Wisata Borobudur tahun lalu dari hasil penjualan tiket mencapai Rp 60 miliar dengan jumlah pengunjung Borobudur mencapai tiga juta orang dan 200.000 orang di antaranya wisatawan mancanegara. Menurut Darmono, agen perjalanan akan berpengaruh besar terhadap perubahan ini sekaligus sebagai media promosi daerah pariwisata di dalam dan luar negeri.
"Tidak semua turis Indonesia miskin dan tidak semua turis asing yang datang kaya," kata Komisaris Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Darmono, saat Business Gathering bertema Revitalisasi Borobudur sebagai Tujuan Wisata Tingkat Dunia di Bellagio Boutique Mall Mega Kuningan, Jakarta, Selasa 11 Februari 2009.
Kesenjangan harga tiket masuk antara wisatawan domestik dan mancanegara, menurut Darmono, harus segera diperbarui sehingga ada keadilan. Sekarang setiap wisatawan domestik dikenakan tiket masuk Rp 10.000 per orang, sedangkan tiket wisatawan mancanegara ke Borobudur US$ 12 per orang.
Perubahan bertahap yang sudah dimulai tahun ini adalah membedakan tiket masuk untuk kalangan tertentu. Darmono menyontohkan tiket masuk yang berlaku untuk rombongan siswa, baik domestik maupun mancanegara, lebih murah. Sedangkan tiket kunjungan wisata bagi kalangan tertentu harga tiketnya lebih mahal.
"Tetapi kita beri benefit lain seperti tambahan sarung atau kebaya khas daerah sehingga bermanfaat memajukan ekonomi setempat," ujar Darmono.
Penyeragaman harga tiket berdasarkan tingkatan, selain lebih adil bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, menurut Darmono, berpotensi mendatangkan pendapatan yang lebih besar.
Pendapatan PT Taman Wisata Borobudur tahun lalu dari hasil penjualan tiket mencapai Rp 60 miliar dengan jumlah pengunjung Borobudur mencapai tiga juta orang dan 200.000 orang di antaranya wisatawan mancanegara. Menurut Darmono, agen perjalanan akan berpengaruh besar terhadap perubahan ini sekaligus sebagai media promosi daerah pariwisata di dalam dan luar negeri.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Borobudur harus dirawat, dan dilesrarikan. Supaya generasi
generasi yang akan datang dapat mengetagui dan mengenal apa itu Candi
Borobudur.
3.2 Saran
I.
Kita
sebagai generasi muda harus menjadi generasi penerus bangsa, dengan cara giat
belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
II.
Kita
sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan budaya bangsa dengan
memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita.
III.
Kami para
penulis makalah ini berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan
pada rekan – rekan generasi muda mampu
memilih dan meniliai budaya yang masuk dan berusaha mempertahankan kebudayaan
bangsa sendiri.
IV.
Sebaiknya
kita sebagai warga negara yang baik turut berperan serta dalam merawat candi
Borobudur. Langkah awal adalah dengan tidak meusak bagian-bagian candi
Borobudur. Langkah selanjutnya adalah dengan memperkenalkan candi Borobudur
kepada masyarakat luas agar candi Borobudur dikenal luas, di Indonesia maupun
di Dunia
DAFTAR PUSTAKA
Madhori.
2008. Borobudur Sepanjang Masa. Yogyakarta:
Media Cipta Pustaka.
Samidi.
1975. Penelitian Pendahuluan Pemberantasan Lumut Pada Batuan Candi
Borobudur. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
MoerTjipto, Drs Borobudur, Pawon Dan
Mendut, Kanisus Yogyakarta 1993
Soediman, Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia Gramedia
Yogyakarta, 1980
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar